Rabu, 27 Maret 2013

Kepemimpinan


A.PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas

Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan, dan diantaranya memiliki beberapa unsur yang sama.

Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), istilah ini dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.

Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

B.TEORI KEPEMIMPINAN

Teori Genetik (Genetic Theory).
Penjelasan kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.

Teori Sifat (Trait Theory).
Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam:

(1) Kemampuan Intelektual
(2) Kematangan Pribadi
(3) Pendidikan
(4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) “Human Relations”
(6) Motivasi Intrinsik dan
(7) Dorongan untuk maju (achievement drive).

Teori Perilaku (The Behavioral Theory).
Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.

Situasional Leadership.
Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam “situational leadership” pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang

Transformational Leadership.
Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-sifat utama yang dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, dkk, 2008:213)
Dengan mengandalkan kharisma, seorang pemimpin yang “transformational” selalu menantang bawahannya untuk melahirkan karya-karya yang istimewa. Langkah yang dilaksanakan pada umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya yang inovatif serta luar biasa.
Menurut pencetus teori ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena memadukan dua teori yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan masing-masing. Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi (employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma. 

C. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2.Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(A) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(B) mereka bersikap terlalu melindungi,
(C) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
(D) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
(E) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
(F) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(A) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana
(B) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
(C) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(D) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
(E) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
(F) komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
(A) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(B) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(C) berambisi untuk merajai situasi,
(D) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
(E) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang  akan dilakukan,
(F) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi,
(G) adanya sikap eksklusivisme,
(H) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(I) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(J) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

D. GAYA DAN PERILAKU PEMIMPIN

1.Gaya Otokratis
pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan

2.Gaya Demokratis
pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan

3.Gaya Laissez - Faire
Pemimpin yang umumnya memberi kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai

PERILAKU PEMIMPIN

a.Pemimpin yang Direktif 
Pemimpin yang memberitahu kepada para pengikutmengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukanpekerjaan yang harus diselesaikan, memberikanbimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikanberbagai tugas tersebut.

b.Pemimpin yang Suportif 
Pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhanpara pengikutnya.

c.Pemimpin yang Partisipatif 
Pemimpin yang melakukan perundingan dengan parapengikutnya dan menggunakan saran-saran merekasebelum mengambil suatu keputusan.

d.Pemimpin yang Berorientasi Pencapaian
Pemimpin yang menetapkan tujuan-tujuan danmengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengansangat baik.

Perilaku Produsen


Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai dari suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasilkan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen

Perilaku produsen :

1. Produsen akan mencari keuntungan dengan maenghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyak nya dengan modal sedikit-dikitnya.

2. produsen akan memberikan diskon kepada pembeli yang akan memberi barang dengan jumlah yang banyak.

3. produsen akan menghasilkan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4. produsen menghasilkan barang sesuain dengan trend yang sedang bnayak diminati oleh masyarakat.

5. produsen akan memberikan diskon secara besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang itu semua bisa disebut dengan cuci gudang.  

A. Sumber daya alam
Contoh : Air, Tanah, Tanaman, Hewan, Udara, Matahari, Bahan-bahan tambang mineral dll.

B. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia terbagi  menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Tenaga Kerja Yang Terdidik
  Contoh : seorang manajer yang tugas nya bertanggung jawab, mengatur dan mengelola segala kegiatan produksi agar hasilnya maksimal

2. Tenaga Kerja Terlatih.
Contoh : Tenaga produksi, security, driver dll

3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih.
Contoh  : Office boy dan buruh angkut dll

C.Sumber Modal

Modal adalah  sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang produsen untuk bisa memulai produksi agar menghasilkan suatu barang yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen atau memperluas produksi agar dapat memenuhi permintaan dari konsumen.

Dari beberapa kegiatan produksi ada beberapa tujuan yang akan tercapai :

1. Menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 
2. Mendapatkan keuntungan.  
3. Memaksimalkan sumber daya yang ada.
4. Mecari tambahan modal
5. Memaksimalkan hasil produksi   

Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah masukkan produksi yang dipakai dengan jumlah keluaran barang yang dihasilkan dari proses produksi.

X = f ( A1, A2, A3,...)
X : keluaran yang dihasilkan
(A1,A2,A3,...) : masukan yang dipakai

Sifat produksi dalam suatu hukum ekonomi menyatakan bahwa jika salah salah satu masukkan ditambah dengan masukkan lainnya yang di anggap tetap maka hasil keluaran nya dari pertambahan masukkan tadi mula-mula akan bertambah, tetapi lama-lama akan menurun-menurun setelah sampe pada titik maksimalnya jika masukkan terus menerus dtambah.

Hukum diatas dapat ketika suatu produsen kopi menambahkan jumlah biji kopi namun jumlah pekerja, mesin dan faktor masukkan produksi lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah kopi yang dihasilkan memang akan meningkat karena bahan baku biji kopi pun bertambah, tetapi ketika biji kopi terus-menerus ditambah maka proses produksi akan menjadi semakin tidak efektif karena lama kelamaan para pekerja tidak akan sanggup lagi mengerjakan tugas membuat kopi yang semakin banyak dan bahan-bahan pembuat kopi yang lain juga tidak akan bertambah sehingga biji kopi tidak semuanya dapat diproduksi menjadi kopi dan akhirnya hasil produksi akan menurun seiring berjalan nya waktu produksi.

Produksi Optimal
Produksi optimal sangat dikaitkan dengan penggunaan faktor produksi untuk memproduksi keluaran tertentu, posisi optimal akan tercapai ketika tidak mungkin mengurangi keluaran produksi yang lain untuk meningkatkan keluaran.
Tingkat produksi optimal adalah jumlah produksi yang akan dihasilkan dengan total biaya persediaan. Metode ini dapat dicapai jika besarnya biaya persiapan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan jumlahnya minimum. Jadi tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan minimum. Metode ini akan mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode itu juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh kepada biaya persiapan. Metode produksi optimal dapat di asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Barang  yang akan diproduksi akan mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dan tingkat permintaan

2. Selama produksi dilakukan, maka tingkat pemenuhan persediaan sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.

3. Selama berproduksi besarnya tingkat persediaan kurang dari Q karena penggunaan selama pemenuhan

Penentuan Volume Produksi yang Optimal

Menurut Riyanto, penentuaan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya varibel nya saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsi dapat  digolongkan sebagai berikut :

1. Biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi    

2. Biaya yang berubah-rubah sesuai dengan besar persediaan rata-rata yang disebut penyimpanan    
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan pada periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain :

1.       Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.       Biaya modal (opportunity cost of capital)
3.       Biaya keusangan
4.       Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.       Biaya asuransi persediaan
6.       Biaya pajak persediaan
7.       Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.       Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

Apabila salah satu biaya diatas naik, maka biaya produksi pun akan naik seperti pada kondisi Indonesia saat ini yang menghadapi kenaikan BBM, para produsen akan menaikkan harga hasil produksi mengikuti harga BBM yang bertambah kemudian tidak menutup kemungkinan harga bahan baku dan biaya-biaya lain dalam proses produksi pun ikut naik seiring dengan kenaikkan harga BBM sehingga mau tidak mau walaupun produsen sudah menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin tapi harga hasil produksi pun harus naik agar tidak terjadi kerugian bagi produsen.

Perilaku Konsumen


Perilaku konsumen

Adalah proses ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan dan mengevaluasi sebuah produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Pemikiran yang benar tentang konsumen

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat sebuah keputusan pembelian. Untuk barang yang berharga jual rendah proses untuk mengambil keputusannya dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang yang berharga jual tinggi proses untuk mengambil sebuah keputusannya dilakukan dengan pertimbangan yang benar-benar sulit.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, sosial, kebudayaaa,  maerketing strategy dan kelompok referensi. Kelompok referensi  merupakan kelompok yang memliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok refensi sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

Faktor internal

Faktor-faktor yang temasuk kedalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap dan gaya hidup. Perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman dan seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.

Pendekatan Perilaku Konsumen

Pendekatan perilaku konsumen dibagi menjadi 2 yaitu :

Teori Kardinal
Teori kardinal menyatakan kegunaan dapat dihitung secara nominal, sebgaimana kita menghitung berat badan dengan kilogram, panjang dengan meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan adalah util.  Sebuah keputusan untuk  mengkonsumsi suatu barang berdasarkan  perbandingkan antara manfaat yang dapat diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit.

Teori Ordinal

Teori ordinal terbagi menjadi 7 yaitu

A. Kurva Indiferensi
Munurut teori ordinal kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibadingkan seperti kita menilai kemewahan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, teori ordinal menggunakan kurva indiferensi. Kurva indiferensi  adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.

B. Kurva Garis Anggaran
Garis anggaran adalah kurva yang menunjukan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya yang sama besar.

C. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli dan dapat diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Apabila luas bidang segituga semakin luas maka daya beli akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

D. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan yang tinggi atau kepuasan tertentu dapat dicapai  dengan anggaran paling minim. Secara grafis kondisi keseimbangan dapat tercapai pada saat kurva garis anggaran bersinggungan dengan kurva indiferensi.

E. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang dicapai daapt berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya, begitu juga sebaliknya. Salah satu faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang

F. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
Salah satu faktor lain yang dapat mengubah keseimbang konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.

G. Efek Subtitusi dan efek pendapatan
Ketika kita mengatakan bahwa  harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenernya adalah total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga terhadap  keseimbangan konsumen.

Karakteristik konsumen Indonesia

Konsumen di indonesia mempunyai beberapa karakter unik yang perlu di lihat di bandingkan dengan konsumen negara di asia, amerika dan eropa.  Konsumen di indonesia mempunyai memory jangka pendek. Sebagian besar konsumen ingin memperoleh hasil atau keuntungan yang singkat dari hasil pembelian produknya. Coba kita bandingkan saja antara kredit sepeda mobil dan tabungan pendidikan. Sudah jelas bahwa kredit mobil yang lebih mendominasi dari pada tabungan pendidikan  karena itu  memberikan pemahaman kepada konsumen mengenai keuntungan jangka pendek atau cepat.
Pada umum nya konsumen di indonesia tidak pernah memiliki perencanaan. Konsumen juga kurang menghargai waktu dan memiliki gaya hidup yang santai. Akibatnya dalam melakukan proses pembelian menjadi kurang efesien dan hal ini  dapat dimanfaatkan dengan menerapkan strategi produk atau layanan yang mempunyai fleksibilitas tinggi. Artinya produk tersebut dapat digunakan dalam berbagai situasi multifungsi agar cepat tertuju kepada konsumen maka gunakan display yang mencolok.


Konsumen di indonesia suka berkumpul baik dengan teman, keluarga maupun dengan satu komunitas. Karakter ini merupakan bagian dari budaya bangsa indonesia. Dalam kondisi tersebut keluarga dan teman bisa mempengaruhi konsumen dalam mengambik sebuah keputusan pembelian dan konsumen akan membeli atau menggunakan sebuah produk  jika ada temen-teman nya juga membeli.  Konsumen di indonesia  lebih suka menggunakan sebuah teknologi yang sederhana dan tidak sulit.
Konsumen di indonesia sangat menyukai produk bautan luar negeri dari pada buatan dalam negeri. Rasa nasionalisme bangsa indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan bangsa cina,jerman dan jerman yang menghargai produk negeri nya. Masyarakat kurang menghargai produk dalam negeri karena kualitas sulit bersaing dengan produk asing
Konsumen di indonesia suka pamer jika memakai produk asing dan gengsi jika memakai produk lokal ini semua adalah karakter konsumen yang banyak menyukai produk asing.